Rabu, 15 Februari 2017

Pembahasan Panjat Tebing MAHIPALA IAIN AMBON



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pada awalnya  Rock Climbing lahir dari kegiatan eksplorasi alam para pendaki gunung dimana ketika akhirnya menghadapi medang yang tidak lazim dan memiliki tingkat kesulitan tinggi,yang tidak mungkin lagi didaki biasa (medan vertical dan tebing terjal).Maka dari itu lahinyan rock climbing untuk melewati medan yang tidak lazim tersebut dengan tenik pengamanan diri (safety procedur).seiring dengan perkembangan zaman rock climbing menjadi salah satu kegiatan petualangan dan olah raga tersendiri.Terhadap imformasi tentang sekelompok orang perancis di bawah pimpinan Anthoine da Ville yang mencoba memanjat tebing Mont Aiguille (2097 mdpl) dikawasan Vercors Massif pada tahun 1492. Tidak benar tujuan mereka, tetapi yang jelas, beberapa decade kemudian, orang-orang yang naik turun tebing-tebing
               Batu di pegunungan Alpen diketahui adalah pera pemburu Chamois (sejenis kambing gunung). Jadi pemanjat merekan kurang lebih di karenakan ole factor mata pencaharian.pada tahun 1854 batu permata zaman keemasan dunia pendakian di Alpen di letak oleh Alfred Wills dalam pendakianya ke puncak Wetterhorn (3708 mdpl). Inilah cikal bakal pendajian gunung sebagai olah raga. Kemudin pada tahun-tahun berikutnya barulah terdegar manusia- manusia yang melakukan pemanjatan tebing-tebing di belahan bumi. Lalu pada tahun 1972 untuk pertama kalinya panjat dinding masuk dalam jadwal olimpiade, yaitu didemonstrasikan dalam olimpiade Munich. Bari pada tahun 1979 olah raga panjat tebim mulai merambah di Indonesia. Dipelopori oleh Harry Suliztiarto yang memanjat tebing Citatah, Padalarang. Inilah patok pertama panjat tebing modern di Indonesia.




B.     Rumusan Masalah Dan Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan di atas, maka penulis memaparkan beberapa rumusan masalah dan batasan masalah yang akan bahas sebagai berikut;
1. Apakah  Rock Climbing berbasis kompitisi itu ?
2. Apa saja sistem yang diterapkan  dalam berkompitisi panjat tebing ?
Berdasarkan permasalahan di atas tersebut, di bahas dalam lingkungan batasan masalah pada kesiapan individu dalam melakukan aktivitas Rock climbing.

C.   Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari makala ini yaitu;
1. Penulis ingin menjelaskan bagaimana Rock Climbing berbasis kompitisi
2. Dan nilai-nilai apa saja yang perlu diperhatikan pada saat melakukan kompetisi
3. sebagai syarat pengambilan Nomor Registrasi Anggota (NRA) organisasi Mahasiswa IAIN Pecinta Alam (MAHIPALA) Ambon.







BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Rock Climbing.
Pada dasarnya panjat tebing adalah suatu olah raga yang mengutamakan kelenturan dan kekuatan tubuh, kecerdikan serta keterampilan baik mengunakan peralatan maupun tidak dalam menyiasati tebing itu sendiri dengan memanpaatkan cacat batuan.
1. kategori tebing berdasarkan bentuknya;
 -  Face yaitu permuakaan tebing yang berbentuk datar.
 -  Hang yaitu bentuk sisi miring pada tebing.
 -  Roof yaitu relief tebing yang berbentuk seperti teras terbalik.
 -  Top yaitu puncak tebing.
2. Pelaku dalam pemanjatan
-  Climber yaitu orang yang melakukan pemanjatan
-  Belayer yaitu orang yang mengamankan pemanjat
3. Aba-aba dalam pemanjatan
  - On Belay yaitu aba-aba yang di ucapkan oleh seorang pemanjat bahwa ia  telah melakukan pemanjat.
  -  Belay On yaitu aba-aba yang di ucapkan oleh seorang belayer bahwa ia telah siap melakukan pemanjatan.
  - Full yaitu aba-aba yang diucapkan seorang climberkepada belayer untuk mengencangkan tali pemancatan.
  - Slag yaitu aba-aba yang di ucapkan seorang climber kepada seorang blayer untuk mengendurkan tali pemanjat.  


B.  Rock Climbing Berbasis Kompetisi
                  Rock climbing (Panjat tebing) berbasis kompetisi dimaksudkan sebagai suatu ajang atau olahraga  yang memiliki aturan – aturan tersendiri. Dimana aturan – aturan itulah yang menandakan suatu kompetisi berjalan. Tentunya bagi para atlit panjat tebing yang mengikuti kompetisi ini sudah dibekali dengan pengetahuan dasar tentang panjat tebing, baik itu ditebing alam maupun tebing buatan (wall climbing). Apa saja pengetahuan dasar tentang panjat tebing itu ?
Ada beberapa hal yang seharusnya di ketahui atau di persiapkan sebelum melakukan panjat tebing. Baik itu perorangan maupun team. Diantaranya.
1.Imformasi Medan/lokasi.
Perlu kiranya kita ketahui lokasi atau medan yang akan di tuju. Baik itu ketingian tebing, jenis buatannya maupun sosial budaya dan adat istiadat lingkukan sekitar lokasi yang dimaksud. Sehinga kita dapat mempersiapkan apa saja yang kita perlukan. Selain itu, segala sesuatu yang menyangkut perizinan wilaya dari instansi pemerinta patut kita miliki demi kelancaran kegiatan dimaksud.
2. Kesiapan fisik dan mental
Panjat tebing termasuk jenis olahraga ekstrim yang memacu adrenalin. Maka tidak dapat di pungkiri bahwa kesiapan mental dan fisik harusnya matang karena kedua hal inilah yang menjadi model dasar dari seluru jenis olahraga, tidak kejuali panjat tebing yang netabenenya adalah olahraga ekstrim yang membutuhkan keseimbangan fisik dan mental. Adapun pelatihan atau tata cara melati peningkatan kemampuan dasar fisik dan mental bagi para Climbers(pemanjat tebing), sebagai berikut ;              
·         Pelatihan Mental
Pelatihan mental dimaksudkan untuk mengatasi masalah phobia atau ketakutan akan ketinggian atau yang lazim disebut acrophobia. Ketakutan ini dapat diatasi dengan cara membiasakan diri pada ketinggian maksimal para terapis. Jika telah terbiasa pada ktinggian maksimal tersebut maka dapat ditingkatka pada ketinggian yang lebih lagi.
·         Pelatihan Fisik
Untuk pelatihan fisik dapat dilakukan dengan cara melatih fisik dasar. Diantaranya, :
-          Lari untuk melatih pernapasan dengan metode atau schedule yang dibuat secara sengaja sebagai rutinitas.
-          Full up, melatih otot jari dan lengan untuk mengatai berat badan yang tidak seimbang dengan power yang dimiliki.
-          Sith up untuk melatih daya tahan tubuh yang berpusat pada pinggang dan otot perut yang menerima beban gerakan pada saat malakukan pemanjatan.  

Untuk kompetisi sendiri, panjat tebing telah diperlombakan pada ajang- ajang local, nasional dan internasional. Pekan Olahraga Nasional (PON), ASEAN Games, Sea Games, dan Olimpiade merupakan bukti nyata bahwa olahraga ini telah menarik banyak perhatian public dunia.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh para atlit atau peserta, dalam mengikuti kompetisi. Diantaranya :
a. babak dalam kompetisi
Dimaksudkan untuk dapat mengetahui babak – babak atau tahap dalam kompetisi. Tahap dalam kompetisi biasanya terbagi menjadi 3 etape yaitu pennyisihan, semi final dan final. Kompetisi ini dilahksanakan dengan system gugur sejak awal kompetisi.
b. Diskualifikasi
peserta akan di diskualifikasi atau dinyatakan gugur secaraotomatis jika melanggar aturan – aturan yang telah di tetapkan. Misalnya :
·         Membebani runer yaitu ketika para pserta menggunakan runer sebagai tempat untuk pegangan.
·         Lalai memasang pengaman jalan misalkan tidak memasang tali pada runer pertama dan secara sengaja memasang pengaman pada runer kedua.
·         Posisi kaki lebih tinggi dari hanger tempat runer berada. Ketentuan ini hanya berlaku jika disetujui pada saat teknikal metting.
·         Memegang sisi atau tepi wall (jika dilaksanakan pada tebing buatan).
·         Menggunan hanger sebagai pijakkan.
Aturan – aturan yang ini menjadi landasan untuk mendiskualifikasikan peserta yang melanggarnya. Aturan ini dapat diperbahrui jika pada teknikal metting sesuai dengan kebutuhan pada media yang digunakan (tebing alam maupun buatan).

c. System Penilaian Juri
              Untuk system penilaian yang dilakukan oleh juri, brlaku system poin terjauh yaitu semakin tinggi atau semakin jauh poin yang dipegang oleh peaserta maka semakin tinggi pula poin yang dipatkan oleh para peserta.
              Ada perbedaan dalam penilain juri jika poin atau jumlah nilai yang didapatkan oleh lebih dari satu peserta adalah sama. Misalnya dua orang peserta mendapatkan jumlah nilai 12 dan dengan kemungkinan juara. Hal ini akan menjadi perdebatan untuk menentukan siapa yang lebih unggul. Maka system penilaian yang digunakan oleh juri adalah nilai plus and minus. Maksudnya adalah :
·         Poin atau nilai plus diberikan pada serta yang yangmenggunakan poin terakhir sebagai hold atau pegangan yang stabil atu erat. Sedangkan,
·         Poin minus diperuntukkan bagi peserta yang manggapai hold terakhir hanya sebatas menyentuh dan tidak sampai pada menggunakannya sebagai pegangan yang erat dan stabil.

C. Etika Penjat Tebing
Manusia tidak akan lepas dari etik. Begitu pula bila kita memanjat karena
Kita tidak akan lepas adat istiadatsuatu masyarakat.
Etika dalam suatu pemanjatan tebing yaitu.
1. jangan mengubah bentuk permukaan tebing dengan cara memahat batu
2. ketika melakukan pemanjatan pada lingkungan dapat imformasi terbaru
sebanyak mungkin tentang tebing dan lokasi jau-jauh hari.
3. jika ada penutupan ke akses tebing tersebut jangan di langgar dan carilah
   Tempat lain.
4. berkamalah ditempat yang telah di sediakan atau yang biasa di gunakan
5. buang air di WC. Minimal 10 meter dari air atau sungai. Jika tidak ada
    WC maka gali lubang untuk buang air besar.
6. gunakan kapur magnesium seperlunya.
7. hormati dan hargailah climber
8. jang memonopoli rute.
9. jika selesai melakukan pemanjatan jangan biarkan tali tergantung di ruta
    Tersebut dan mempersilakan climber untuk mengunakan rute tersebut.
10. jangan katkan pada climber lain bahwa tingkat kesulitan tersebut lebih
    Muda dari yang sebenarnya.
11. jika climber lain dalam keadan berbahaya baik itu disadari atau tidak
    Segerabertindak dengan sopan dan memberikan peringatan.
12. Menghargaiatau menghormati jalur yang yelah dirintis oleh pemanjat yang telah lebih dulu membuat jalur.



BAB III
PENUTUP

A.       Kesimpulan
1.      Rock Climbing atau panjat tebing adalah salah satu kegiatan alam bebas dan merupakan olahraga ekstrim yang telah diperlombakan pada ajang – ajang bergengsi seperti PON, ASEAN GAMES, SEA GAMES dan Olimpiade
2.      Panjat tebing telah diperlombakan sejak tahun 1972 pada pesta olahraga olimpiade di Munich, Jerman.
3.      Dalam kompetisi, peserta diharapkan dapat mengetahui aturan – aturan yang berlaku termasuk ketentuan yang dapat berakibat pada diskualifikasi peserta.
4.      System yang berlaku dalam kompetisi yaitu system gugur sejak awal lomba
5.      Peserta dinyatakan gugur apabila lalai atau melanggar aturan yang telah ditetapkan.
6.      Penilaian juri berdasarkan poin atau hold yang dipegang oleh peserta dan memberlakukan system plus and minus bagi semua peserta terlebihlagi bagi para peserta yang memiliki jumlah nilai yang sama. 

B.        Saran
Ada beberapa hal yang dapat penulis sarankan untuk para penggiat aktifitas panjat tebing baik itu dari kalangan Pecinta Alam maupun Para atlit panjat tebing. Diantaranya :
1.      Bagi para pemula sebaiknya memperhatikan system keamanan dalam melakukan kegiatan panjat tebing.
2.      Bagi para atlitseharusnya dapat mengetahui dan memahami aturan – aturan yang merlaku dalam suatu kompetisi.
3.      Mahipala disarankan untuk dapat membuat kompetisi panjat tebing Part II sehingga para anggota bisa mengetaui lebih dalam tentang system atau aturan - aturan yang berlaku dalam kompetisi panjat tebing.