PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pada awalnya Rock Climbing lahir dari kegiatan eksplorasi
alam para pendaki gunung dimana ketika akhirnya menghadapi medang yang tidak
lazim dan memiliki tingkat kesulitan tinggi,yang tidak mungkin lagi didaki biasa
(medan vertical dan tebing terjal).Maka dari itu lahinyan rock climbing untuk
melewati medan yang tidak lazim tersebut dengan tenik pengamanan diri (safety
procedur).seiring dengan perkembangan zaman rock climbing menjadi salah satu
kegiatan petualangan dan olah raga tersendiri.Terhadap imformasi tentang
sekelompok orang perancis di bawah pimpinan Anthoine da Ville yang mencoba
memanjat tebing Mont Aiguille (2097 mdpl) dikawasan Vercors Massif pada tahun
1492. Tidak benar tujuan mereka, tetapi yang jelas, beberapa decade kemudian,
orang-orang yang naik turun tebing-tebing
Batu di pegunungan Alpen
diketahui adalah pera pemburu Chamois (sejenis kambing gunung). Jadi pemanjat
merekan kurang lebih di karenakan ole factor mata pencaharian.pada tahun 1854
batu permata zaman keemasan dunia pendakian di Alpen di letak oleh Alfred Wills
dalam pendakianya ke puncak Wetterhorn (3708 mdpl). Inilah cikal bakal
pendajian gunung sebagai olah raga. Kemudin pada tahun-tahun berikutnya barulah
terdegar manusia- manusia yang melakukan pemanjatan tebing-tebing di belahan
bumi. Lalu pada tahun 1972 untuk pertama kalinya panjat dinding masuk dalam
jadwal olimpiade, yaitu didemonstrasikan dalam olimpiade Munich. Bari pada
tahun 1979 olah raga panjat tebim mulai merambah di Indonesia. Dipelopori oleh
Harry Suliztiarto yang memanjat tebing Citatah, Padalarang. Inilah patok
pertama panjat tebing modern di Indonesia.
B. Rumusan Masalah Dan Batasan Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah penulis kemukakan di atas, maka penulis memaparkan
beberapa rumusan masalah dan batasan masalah yang akan bahas sebagai berikut;
1. Apakah Rock Climbing berbasis kompitisi itu ?
2. Apa saja sistem yang diterapkan dalam berkompitisi panjat tebing ?
Berdasarkan permasalahan di atas
tersebut, di bahas dalam lingkungan batasan masalah pada kesiapan individu
dalam melakukan aktivitas Rock climbing.
C. Tujuan Penulisan
Tujuan
penulisan dari makala ini yaitu;
1. Penulis ingin menjelaskan bagaimana Rock Climbing
berbasis kompitisi
2. Dan nilai-nilai apa saja yang
perlu diperhatikan pada saat melakukan kompetisi
3. sebagai syarat pengambilan Nomor
Registrasi Anggota (NRA) organisasi Mahasiswa IAIN Pecinta Alam (MAHIPALA)
Ambon.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Rock Climbing.
Pada
dasarnya panjat tebing adalah suatu olah raga yang mengutamakan kelenturan dan
kekuatan tubuh, kecerdikan serta keterampilan baik mengunakan peralatan maupun
tidak dalam menyiasati tebing itu sendiri dengan memanpaatkan cacat batuan.
1. kategori tebing berdasarkan bentuknya;
- Face
yaitu permuakaan tebing yang berbentuk datar.
- Hang
yaitu bentuk sisi miring pada tebing.
- Roof
yaitu relief tebing yang berbentuk seperti teras terbalik.
- Top
yaitu puncak tebing.
2. Pelaku dalam pemanjatan
- Climber yaitu orang yang melakukan pemanjatan
- Belayer yaitu orang yang mengamankan pemanjat
3. Aba-aba dalam pemanjatan
- On Belay yaitu
aba-aba yang di ucapkan oleh seorang pemanjat bahwa ia telah melakukan pemanjat.
- Belay
On yaitu aba-aba yang di ucapkan oleh seorang belayer bahwa ia telah siap
melakukan pemanjatan.
- Full yaitu aba-aba
yang diucapkan seorang climberkepada belayer untuk mengencangkan tali
pemancatan.
- Slag yaitu aba-aba
yang di ucapkan seorang climber kepada seorang blayer untuk mengendurkan tali
pemanjat.
B. Rock Climbing Berbasis Kompetisi
Rock climbing (Panjat tebing)
berbasis kompetisi dimaksudkan sebagai suatu ajang atau olahraga yang memiliki aturan – aturan tersendiri.
Dimana aturan – aturan itulah yang menandakan suatu kompetisi berjalan. Tentunya
bagi para atlit panjat tebing yang mengikuti kompetisi ini sudah dibekali
dengan pengetahuan dasar tentang panjat tebing, baik itu ditebing alam maupun
tebing buatan (wall climbing). Apa saja pengetahuan dasar tentang panjat tebing
itu ?
Ada beberapa hal yang seharusnya di
ketahui atau di persiapkan sebelum melakukan panjat tebing. Baik itu perorangan
maupun team. Diantaranya.
1.Imformasi Medan/lokasi.
Perlu kiranya kita ketahui lokasi
atau medan yang akan di tuju. Baik itu ketingian tebing, jenis buatannya maupun
sosial budaya dan adat istiadat lingkukan sekitar lokasi yang dimaksud. Sehinga
kita dapat mempersiapkan apa saja yang kita perlukan. Selain itu, segala
sesuatu yang menyangkut perizinan wilaya dari instansi pemerinta patut kita
miliki demi kelancaran kegiatan dimaksud.
2. Kesiapan fisik dan mental
Panjat tebing termasuk jenis
olahraga ekstrim yang memacu adrenalin. Maka tidak dapat di pungkiri bahwa
kesiapan mental dan fisik harusnya matang karena kedua hal inilah yang menjadi
model dasar dari seluru jenis olahraga, tidak kejuali panjat tebing yang
netabenenya adalah olahraga ekstrim yang membutuhkan keseimbangan fisik dan
mental. Adapun pelatihan atau tata cara melati peningkatan kemampuan dasar
fisik dan mental bagi para Climbers(pemanjat tebing), sebagai berikut ;
·
Pelatihan Mental
Pelatihan mental dimaksudkan untuk
mengatasi masalah phobia atau ketakutan akan ketinggian atau yang lazim disebut
acrophobia. Ketakutan ini dapat diatasi dengan cara membiasakan diri pada
ketinggian maksimal para terapis. Jika telah terbiasa pada ktinggian maksimal
tersebut maka dapat ditingkatka pada ketinggian yang lebih lagi.
·
Pelatihan Fisik
Untuk pelatihan fisik dapat
dilakukan dengan cara melatih fisik dasar. Diantaranya, :
-
Lari untuk melatih pernapasan dengan metode atau schedule
yang dibuat secara sengaja sebagai rutinitas.
-
Full up, melatih otot jari dan lengan untuk mengatai berat
badan yang tidak seimbang dengan power yang dimiliki.
-
Sith up untuk melatih daya tahan tubuh yang berpusat pada
pinggang dan otot perut yang menerima beban gerakan pada saat malakukan
pemanjatan.
Untuk kompetisi sendiri, panjat tebing telah diperlombakan
pada ajang- ajang local, nasional dan internasional. Pekan Olahraga Nasional
(PON), ASEAN Games, Sea Games, dan Olimpiade merupakan bukti nyata bahwa
olahraga ini telah menarik banyak perhatian public dunia.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh para atlit
atau peserta, dalam mengikuti kompetisi. Diantaranya :
a. babak dalam kompetisi
Dimaksudkan
untuk dapat mengetahui babak – babak atau tahap dalam kompetisi. Tahap dalam
kompetisi biasanya terbagi menjadi 3 etape yaitu pennyisihan, semi final dan
final. Kompetisi ini dilahksanakan dengan system gugur sejak awal kompetisi.
b. Diskualifikasi
peserta
akan di diskualifikasi atau dinyatakan gugur secaraotomatis jika melanggar
aturan – aturan yang telah di tetapkan. Misalnya :
·
Membebani runer yaitu ketika para pserta menggunakan runer
sebagai tempat untuk pegangan.
·
Lalai memasang pengaman jalan misalkan tidak memasang tali
pada runer pertama dan secara sengaja memasang pengaman pada runer kedua.
·
Posisi kaki lebih tinggi dari hanger tempat runer berada.
Ketentuan ini hanya berlaku jika disetujui pada saat teknikal metting.
·
Memegang sisi atau tepi wall (jika dilaksanakan pada tebing
buatan).
·
Menggunan hanger sebagai pijakkan.
Aturan
– aturan yang ini menjadi landasan untuk mendiskualifikasikan peserta yang
melanggarnya. Aturan ini dapat diperbahrui jika pada teknikal metting sesuai
dengan kebutuhan pada media yang digunakan (tebing alam maupun buatan).
c. System Penilaian Juri
Untuk system penilaian yang
dilakukan oleh juri, brlaku system poin terjauh yaitu semakin tinggi atau
semakin jauh poin yang dipegang oleh peaserta maka semakin tinggi pula poin
yang dipatkan oleh para peserta.
Ada perbedaan dalam penilain juri
jika poin atau jumlah nilai yang didapatkan oleh lebih dari satu peserta adalah
sama. Misalnya dua orang peserta mendapatkan jumlah nilai 12 dan dengan
kemungkinan juara. Hal ini akan menjadi perdebatan untuk menentukan siapa yang
lebih unggul. Maka system penilaian yang digunakan oleh juri adalah nilai plus and minus. Maksudnya adalah :
·
Poin atau nilai plus diberikan pada serta yang
yangmenggunakan poin terakhir sebagai hold atau pegangan yang stabil atu erat.
Sedangkan,
·
Poin minus diperuntukkan bagi peserta yang manggapai hold
terakhir hanya sebatas menyentuh dan tidak sampai pada menggunakannya sebagai
pegangan yang erat dan stabil.
C. Etika
Penjat Tebing
Manusia tidak akan lepas dari etik.
Begitu pula bila kita memanjat karena
Kita tidak akan lepas adat istiadatsuatu masyarakat.
Etika dalam suatu pemanjatan tebing yaitu.
1. jangan mengubah bentuk permukaan tebing dengan cara
memahat batu
2. ketika melakukan pemanjatan pada lingkungan dapat
imformasi terbaru
sebanyak mungkin tentang tebing dan
lokasi jau-jauh hari.
3. jika ada penutupan ke akses tebing tersebut jangan di
langgar dan carilah
Tempat lain.
4. berkamalah ditempat yang telah di sediakan atau yang
biasa di gunakan
5. buang air di WC. Minimal 10 meter dari air atau sungai.
Jika tidak ada
WC maka gali
lubang untuk buang air besar.
6. gunakan kapur magnesium seperlunya.
7. hormati dan hargailah climber
8. jang memonopoli rute.
9. jika selesai melakukan pemanjatan jangan biarkan tali
tergantung di ruta
Tersebut dan
mempersilakan climber untuk mengunakan rute tersebut.
10. jangan katkan pada climber lain
bahwa tingkat kesulitan tersebut lebih
Muda dari yang
sebenarnya.
11. jika climber lain dalam keadan berbahaya
baik itu disadari atau tidak
Segerabertindak
dengan sopan dan memberikan peringatan.
12. Menghargaiatau menghormati jalur yang yelah dirintis
oleh pemanjat yang telah lebih dulu membuat jalur.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Rock Climbing
atau panjat tebing adalah salah satu kegiatan alam bebas dan merupakan olahraga
ekstrim yang telah diperlombakan pada ajang – ajang bergengsi seperti PON,
ASEAN GAMES, SEA GAMES dan Olimpiade
2. Panjat
tebing telah diperlombakan sejak tahun 1972 pada pesta olahraga olimpiade di
Munich, Jerman.
3. Dalam
kompetisi, peserta diharapkan dapat mengetahui aturan – aturan yang berlaku
termasuk ketentuan yang dapat berakibat pada diskualifikasi peserta.
4. System
yang berlaku dalam kompetisi yaitu system gugur sejak awal lomba
5. Peserta
dinyatakan gugur apabila lalai atau melanggar aturan yang telah ditetapkan.
6. Penilaian
juri berdasarkan poin atau hold yang dipegang oleh peserta dan memberlakukan
system plus and minus bagi semua peserta terlebihlagi bagi para peserta yang
memiliki jumlah nilai yang sama.
B.
Saran
Ada
beberapa hal yang dapat penulis sarankan untuk para penggiat aktifitas panjat
tebing baik itu dari kalangan Pecinta Alam maupun Para atlit panjat tebing.
Diantaranya :
1.
Bagi para pemula sebaiknya memperhatikan
system keamanan dalam melakukan kegiatan panjat tebing.
2.
Bagi para atlitseharusnya dapat
mengetahui dan memahami aturan – aturan yang merlaku dalam suatu kompetisi.
3.
Mahipala disarankan untuk dapat
membuat kompetisi panjat tebing Part II sehingga para anggota bisa mengetaui
lebih dalam tentang system atau aturan - aturan yang berlaku dalam kompetisi
panjat tebing.